Sesungguhnya telah faham dan dapat merasakan bahwa setiap hamba Allah yang beriman akan senantiasa mendambakan limpahan kurnia dari Allah, karena itu Allah telah mengajarkan tentang syarat dan cara berdo’a kepada-Nya agar diterima dan dikabulkan, sebagaimana difirmankan-Nya dalam SurahMukminun, 23 : 14,yaitu :
Artinya : “Maka serulah olehmu kepada Allah secara ikhlas baginya Ad Din walaupun orang-orang kafir itu membencinya.”
Maksud ayat tersebut, bahwa setiap hamba Allah yang mendambakan do’anya diterima Allah, maka wajib berpangkal dari “mukhlishi-na lahud din”, artinya memelihara “kebersihan Ad Din”(QS Az Zumar, 39 : 3), yang dengan itu menjauhi dari segala pikiran dan perbuatan yang tidak disyari’atkan oleh Islam, antara lain tidak dicampuri dari bentuk yang berbau bid’ah dalam hal al aqidah maupun sistem taqorrubnya, karena Rasulullah diutus untuk menjadi contoh utama bagi hamba yang mukmin (QS Al Hajj, 22 : 67).
Tela’ah dan Bahasan
Bahwa sebenarnya perkataan “Do’a, Qunut, dan Shalat” adalah sama arti dan maknanya. Karena itu dalam pelaksanaannya wajib menepati aturan sesuai dengan contoh dari Rasulullah, artinya tidak dilakukan atas dasar rasa keinginan seseorang dengan tanpa ada aturan yang wajib ditaati karena maksud daripada Ad Din itu sendiri adalah “Aturan”, dan Allah telah tetapkan keberadaan Rasulullah saw sebagai teladan yang wajib diikuti (QS Al Hujurat, 49 : 7).
Selanjutnya dengan mengingat bahwa Allah menetapkan sebagai pokok dalam berdo’a kepada Allah sebagasimana dinyatakan dalam Surah Al A’raf, 7 : 55, yaitu :
“Berdo’alah kamu kepada Robb kamu secara tunduk dan secara diam-diam penuh kelembutan Sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang melanggar batas”.
Maknanya adalah dalam bermohon kepada Allah itu adalah menyempaikan suara nurani(hati),maka dalam perjalanannyapun juga harus benar sesuai aturan,karena Rasulullah telah menjelaskan bahwa “Ahli Bid’ah” itu keseluruhan dari ‘ibadah dan ‘amalnya serta do’anya tidak akan pernah diterima Allah,karena diibarat-kan telah keluar dari Islam seperti rambuit ditarik dari tepung. (Hadits Shahih riwayat Ibnu Majah dari jalan Hudzaifah). Adapun tuntunan berdo’a menurut Sunnah Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
01.Wajib yaqin kepada Allah bahwa Allah akan mengabulkannya.
02.Wajib menjaga hati dari segala yang mengotorinya dan membuat lupa diri.
03.Tempatkan do’a pada :
a.Antara Adzan dan Iqomah.
b.Pada setiap Sujud dalam Shalat.
c.Pada kala duduk Tahiyat akhir sebelum salam mengakhiri Shalat.
04.Tidak perlu mengangkat tangan dengan menengadah kelangit, kecuali pada tiga tempat, yaitu: diwaktu Perang, diwaktu Shalat Istisqo’ dan diwaktu Wuquf di ‘Arafah.
05.Yang dipinta harus sesuai dengan keadaan diri,dan tidak dibenarkan meminta sesuatu yang diluar batas keadaan diri,kemudian sesuaikan do’a itu dengan perilakunya.
06.Rasulullah tidak pernah melakukan do’a secara bersama dengan dipimpin oleh seseorang kemudian diaminkan bersama.
07.Sekiranya sedang dalam keadaan menghadapi sesuatu masalah,maka dapat berdo’a sendiri dengan adab memuji Allah dengan Asma-ul Husna-Nya, kemudian mengucapkan shalawat,kemudian berdo’a dengan menggunakan bahasa yang dimengertinya.Setelah usai maka ditutup dengan shalawat,dan diakhiri dengan hamdalah memuji Allah.
08.Do’a dalam Shalat maka wajib dengan bahasa Shalat.Dan andaikata dalam bahasa sendiri maka haram diucapkan tetapi wajib dalam hati.
09.Shabar dan tidak berputus asa kepada Allah.Karena Dia Maha Menerima Do’a.
Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang hamba mudah lupa diri dari mengingat Allah dengan ikhlash.
Sesungguhnya Allah telah wasiatkan kepada hambaNya agar tahu kewajiban terhadap kedua orang tua, sebagaimana Allah firmankan di dalam Al Qur-an Surah Luqman, 31 : 14-15, sebagai berikut :
Artinya : “Dan sadarlah, Kami telah wasiatkan kepada kedua orang tuamu, dimana ibunya telah mengandungnya secara payah d iatas kepayahan dan menyapihnya dalam masa dua tahun. Hendaklah bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Karena kepada-Ku adalah tempat kembali; Dan jika kedua orang tuamu berusaha kepadamu agar kamu menyekutukan kepada-Ku secara apa yang tiada bagimu dasar ilmu, maka janganlah kamu ta’ati mereka berdua, akan tetapi pergaulilah keduanya dalam dunia ini secara baik. Dan turutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada-Ku tempat kembali kamu. Maka akan Aku beritakan kepada kamu tentang segala apa yang kamu kerjakan ketika hidup didunia.”
Maksud ayat-ayat tersebut adalah memperingatkan kepada setiap hamba agar tahu mensyukuri nikmat hidup yang ditetapkan Allah atasnya dan dengan melalui proses kejadian, adanya “tiga kegelapan” (QS Az Zumar, 39 : 6).Karena itu wajib memelihara hubungan kehormatan terhadap kedua orang tua yang mempunyai rasa keprihatinan berat (QS Al Hijr, 15 : 5), dan bertanggung jawab atas pendidikannya (QS An Nisa, 4 : 9).
Maka hanya satu hal yang menjadikan hijab antara anak dengan kedua orang tua, yaitu masalah Al ’Aqidah Tauhid, karena di sisi Allah seseorang tidak dapat menanggung dosa orang lain kecuali hanya semata-mata amal tiap individu perorangan hamba Allah (QS An Najm, 53 : 38-39).
Analisis dan Bahasan
Sebagai hamba Allah yang telah menerima hidayah iman dan nur Islam, sudah pasti paham bahwa keberadaan kehidupan manusia di alam fana ini, adalah sebagai “Khalifah” (pengganti) sebagaimana ketetapan awal Allah ciptakan Adam (QS Al Baqarah, 2 : 30), asal kejadian dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS Al Hijr, 15 : 26), kemudian keturunannya diciptakan-Nya dari sari tanah (QS Al Mukminun, 23 : 12-14).
Proses berketurunan inilah yang merupakan “sentuhan pertama” peringatan Allah untuk bersyukur atas nikmat hidup melalui perantaraan kedua orang tua, yaitu ibu dan bapak, dengan tuntutan berlaku bajik (QS Al ‘Ankabut, 29 : 8).
Maka bagi yang mendambakan ampunan dari Allah dan akan menjadi penghuni Jannah, dituntut mengikuti petunjuk do’a sebagaimana difirmankan-Nya dalam Surah Al Ahqof, 46 : 15 :
Artinya : “Ya Robb, tunjukilah aku agar aku mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau meridlainya, dan berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada keturunanku. Sungguh aku bertaubat kepada-Mu, dan sesunguhnya aku termasuk dari golongan orang-orang yang berserah diri.”
Inilah do’a yang wajib diiringi ketaatan kepada kedua orang tua dalam kebajikan yang dituntunkan dalam Islam. Dengan begitu akan memperoleh generasi yang senantiasa taat kepada Allah dan patuh kepada rumah tangga Islam, mengingat bahwa rumah tangga Muslim adalah “lembaga inti”yang dipersiapkan untuk membangun umat di bawah naungan hukum Islam.
Dalam menjatuhkan reputasi agama Islam kaum Orientalis dan sarjana-sarjana Barat sering menggunakan pernikahan Rasulullah saw sebagai bahan serangan mereka. Berbagai tuduhan mereka lancarkan untuk memperlihatkan buruknya kondisi rumah tangga Rasulullah saw, sehingga orang tak lagi bisa percaya pada ajaran Islam.
Adalah salah jika mereka menganggap Islam dapat dengan mudah dihancurkan. Islam adalah Ad Din yang kuat dan selalu memiliki jawaban untuk segala pertanyaan. Salah satu alasan yang paling masuk ke dalam pikiran, mengapa orang cenderung menyerang Islam menggunakan rumah tangga Rasulullah saw sebagai senjata, adalah karena mereka tidak mengenal istri-istri Rasulullah saw secara pribadi, dan sebagiannya lagi karena tidak memahami kesulitan hidup yang mereka hadapi.
Ummul Mukminin, yang memiliki pengertian Ibu Kaum Mukmin, merupakan gelar khusus yang hanya disandangkan pada istri-istri Rasulullah saw. Mereka berjumlah dua belas orang dengan spesifikasi yang istimewa pada masing-masing individunya, mereka adalah:
1.Khadijah binti Khuwailid [i]bin Asad al Quraisyiyyah al Asadiyah, istri pertama Rasulullah, dinikahi 15 tahun sebelum kerasulan ketika Nabi Muhammad jejaka 25 tahun, sedangkan Khadijah janda 40 tahun. Sebelumnya Khadijah telah menikah dua kali, pertama dengan Abu Halah bin Zarah at-Tamimi dan kemudian dengan Atiq bin Aziz at Tamimi.
Sebelum mereka menikah, Khadijah mempercayakan pengelolaan barang dagangannya kepada pemuda Muhammad. Tertarik akan pribadi dan kejujurannya, Khadijah meminangnya untuk menjadi suaminya. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai enam orang anak: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kalsum, Fatimah, dan Abdullah. Dari keenam putra-putri mereka, hanya Fatimah yang menurunkan keturunan yang sampai sekarang tersebar diseluruh dunia.
Khadijah berperan besar pada masa-masa awal penyebaran Islam. Dia mendedikasikan hartanya bagi kepentingan Islam. Khadijah wafat 2 tahun sebelum Rasulullah saw hijrah, dalam usia 65 tahun. Tahun wafatnya bersamaan dengan wafatnya Abu Thalib, paman Rasulullah saw.
2.Saudah binti Zam'ah, istri kedua Rasulullah, dinikahi setelah Khadijah wafat. Sebelum menikah dengan Rasulullah ia istri Sakran bin Umar al Amiri. Suami istri ini termasuk orang-orang pertama yang beriman. Karena dinista kaum Quraisy, mereka hijrah ke Habsyah. Setelah kembali ke Mekkah, Sakran meninggal. Saudah hidup sebagai janda lanjut usia, tanpa pelindung; bapaknya sendiri masih musyrik. Atas desakan bibinya, Khaulah binti Hakim, Rasulullah menikahinya. Meskipun berstatus sebagai istri, ia tidak pernah meminta haknya selaku umumnya seorang istri. Dia berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya tidak ingin menikah. Tetapi saya ingin bangkit kelak di hari kiamat sebagai istri Rasulullah." Saudah wafat di akhir masa Khalifah Umar bin Khattab
3.Zainab binti Huzainah bin Abdullah bin Umar bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sa'sa'ab al Hilaliyah.Ia menikah dengan Rasulullah tahun 11 H. Sebelumnya dia pernah menikah dengan Abdullah bin Jahsi, salah satu syuhada Uhud. Pernikahannya dengan Rasulullah tidak berlangsung lama karena wafat kira-kira dua bulan setelah pernikahannya. Ia terkenal dengan sebutan Umm al Masakin (Ibu kaum miskin), karena senang memberi makan dan sedekah kepada fakir miskin.
4.Aisyah binti Abu Bakr as Siddiq, lahir 2 tahun sebelum kerasulan. Pernikahannya dengan Rasulullah saw tidak menghasilkan keturunan. Ia banyak mendengar al Qur'an dan hadis langsung dari Rasulullah saw. Melalui Aisyah umat Islam mengetahui bagaimana Rasulullah saw menjalankan kewajibannya sebagai suami, sampai hal-hal yang sangat pribadi yang patut diketahui umat Islam untuk diteladani. Aisyah juga dikenal sebagai orang yang cerdas, banyak mengetahui hukum-hukum dan ilmu fara'id (hukum pembagian harta waris) yang rumit. Aisyah wafat pada tahun 47 atau 48 H. Darinya para ulama menerima 2.210 hadis, termasuk hadis-hadis pergaulan suami-istri yang tidak akan diterima dari perawi lain.
5.Juariyah binti al Haris, dinikahi Rasulullah saw enam tahun setelah hijrah. Pertemuannya dengan Rasulullah saw terjadi ketika Bani Mustaliq menyerang kaum muslimin. Juariyah ikut di dalamnya. Serangan Bani Mutaliq dapat dipatahkan, Juariyah menjadi tawanan Qais bin Sabit. Ia akan dibebaskan dengan syarat membayar tebusan. Oleh karena tidak memiliki uang tebusan, ia menghadap Rasulullah saw mengadukan nasibnya. Rasulullah saw bersabda: "Apakah engkau menginginkan agar aku membayar tebusanmu, kemudian aku menikahimu?" Juariyah setuju dan Rasulullah saw menikahinya. Pernikahan mereka membuat hubungan kaum muslim dengan Bani Mustaliq menjadi erat. Juariyah wafat tahun 56 H.
6.Sofiyah binti Huyay bin Akhtab,dinikahi Rasulullah saw beberapa saat setelah Perang Khaibar. Sofiyah adalah putri raja dan suaminya juga bangsawan Khaibar yang memiliki benteng Qumus, beragama Yahudi, bernama Kinanah bin Rabi'. Setelah terjadi perang Khaibar, orang-orang Khaibar menjadi tawanan, termasuk Sofiyah. Sebagai bekas permaisuri raja, keadaan itu teramat menyedihkan. Kemudian ia masuk Islam dan bersedia dinikahi Rasulullah saw. Setelah menjadi Ummul Mukminin, ia kembali menduduki tempat kehormatannya. Pernikahannya dengan Rasulullah saw membuat orang-orang Khaibar ikut tergerak untuk masuk Islam. Sofiyah wafat sekitar tahun 50 H.
7.Ummu Salamah, nama aslinya adalah Hindun binti Abu Ummayah bin Mugirah bin Abdullah bin Amr bin Mahzum, dinikahi Rasulullah saw pada tahun 2 H. Sebelum dinikahi Rasulullah saw ia pernah menikah dengan Abdullah bin Asad al Mudirah dan memiliki anak bernama Salamah. Itu sebabnya ia dikenal dengan nama Ummu Salamah (Ibu Salamah). Suaminya ikut perang Uhud dan sempat terluka. Dalam peperangan dengan Bani Asad dia meninggal dunia.
Beberapa tahun setelah pernikahannya dengan Rasulullah saw, Ummu Salamah mendampingi Rasulullah saw dalam penakhlukan Mekkah, perang dengan orang Ta'if, perang melawan Bani Hawazin, dan perang melawan Bani Saqif. Ummu Salmah juga dikenal sebagai perawi hadis. Dia wafat sekitar tahun 59 atau 61 H.
8.Ramlah binti Abu Sofyan. Sebelum masuk Islam ia menikah dengan Ubaidillah bin Yahsi al Asadi, sepupu Rasulullah saw. Ramlah dan suaminya masuk Islam, sementara orang tua mereka tetap musyrik bahkan memusuhinya. Karena tekanan dari kaum musyrik Quraisy Mekkah, Ramlah beserta suaminya hijrah ke Habsyah. Di tengah perjalanan hijrah yang sulit itu, Ramlah melahirkan, sementara suaminya kembali murtad. Meskipun sendirian dan menderita diperantauan Ramlah tetap teguh mempertahankan keimanannya. Kabar penderitaannya itu sampai kepada Rasulullah saw. Melalui surat yang disampaikan Raja Najasyi, Rasulullah saw meminangnya. Ramlah menerima pinangan itu dan menunjuk Kalid bin Sa'id bin As bin Ummayah sebagai walinya. Ketika itu dia tetap tinggal di Habsyah karena pertimbangan keamanan.
Sesudah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan para sahabat untuk mencari umat Islam yang terpencar-pencar di pengungsian termasuk yang masih ada di Habsyah. Ramlah ikut bersama mereka kembali ke Madinah dan untuk pertama kalinya bertemu dengan Rasulullah saw. Ramlah wafat tahun 44 H di masa pemerintahan adiknya, Mu'awiyah bin Abu Sofyan.
9.Hafsah binti Umar bin Khattab, lahir lima tahun sebelum kerasulan. Pertama kali dia menikah dengan Hunain bin Hufazah, salah seorang sahabat yang ikut hijrah ke Habsyah dan ikut Perang Uhud. Ia wafat tahun 3 H. Setelah menjanda beberapa tahun Hafsah dinikahi Rasulullah saw. Kehadirannya di tengah-tengah rumah tangga Rasulullah saw sempat menimbulkan konflik. Ketika hadir Mariyah al Qibtiyyah, Hafsah cemburu berat. Ia mengajak istri-istri Rasulullah saw yang lain untuk mempengaruhi suami mereka agar membenci Mariyah. Rasulullah saw sempat menjauhi Mariyah hingga turun ayat 1 surat at-Tahrim menegur beliau.
Setelah Rasulullah saw wafat, atas usul Umar bin Khattab, Khalifah Abu Bakr mengumpulkan naskah al Qur'an yang tadinya berserakan baik di catatan-catatan pribadinya maupun hafalan para sahabat. Naskah al Qur'an lengkap pertama yang dikenal dengan 'Mushaf Abu Bakr' itu disimpan di rumah Hafsah. Naskah tersebut baru dikeluarkan pada zaman Khalifah Utsman untuk diperbanyak.
10.Maimunah binti al Haris,adalah seorang janda yang dinikahi Rasulullah saw beberapa saat setelah Fath Makkah. Ketika Rasulullah saw beserta kaum muslim memasuki kota Mekkah, kaum musyrik yang tidak ingin bersahabat menyingkir keluar Mekkah. Akan tetapi tiba-tiba datang Maimunah dengan mengendarai unta sambil berteriak-teriak: "Unta ini beserta penunggangnya dipersembahkan untuk Allah dan Rasul-Nya." Perbuatan Maimunah tersebut mengundang cemoohan khalayak ramai, karena belum tentu Rasulullah saw mau. Abbas memberitahukan kemauan Maimunah ini kepada Rasulullah saw. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah saw, beliaupun menerima kemauan Maimunah dan menikahinya. Hal ini beliau lakukan semata-mata untuk menghindarkan Maimunah dari cemoohan dan rasa putus asa. Maimunah wafat pada tahun 15 H.
11.Zainab binti Jahsy bin Rubab bin Ya'mar bin Sabrah bin Murrah bin Kasir bin Ganam bin Daudun bin Asad bin Khuzaimah. Ibunya bernama Umainah binti Abdul Mutallib bin Hasyim; jadi masih saudara sepupu Rasulullah saw. Sebelumnya Zainab adalah istri Zaid bin Harisah, anak angkat Rasulullah saw. Ia dinikahi Rasulullah saw tahun 3 H. Pernikahannya ini sekaligus menghapus pandangan masyarakat Arab ketika itu yang menyamakan status anak angkat sama dengan anak kandung, termasuk pencantuman nama nasab bapak angkat, sehingga bekas istri anak angkat tidak boleh dinikahi bapak angkat.
Zainab wafat tahun 20 H. Sebelum wafat ia berkata: "Aku telah menyediakan kain kafan untukku. Umar akan mengirimkannya untukku. Oleh karena itu saya minta, salah satunya diberikan pada yang memerlukannya. Bila masih ada hak-hakku supaya disedekahkan kepada yang memerlukannya."
12.Mariyah binti Syam'un al Qibtiyyah, ibunya berdarah Romawi. Ia lahir dan dibesarkan di Ansuna suatu desa sebelah timur Sungai Nil. Pada masa remajanya ia tinggal di istana Raja Muqauqis Mesir sebagai pelayan istana. Ketika Habib bin Abu Balta'ah diutus menyampaikan surat dari Rasulullah saw kepada Raja Muqauqis, sebetulnya raja mengakui kerasulan Muhammad saw tetapi takut akan kehilangan kewibawaannya di hadapan rakyatnya, yang berarti pula akan kehilangan mahkotanya. Oleh karena itu ia membalas surat Rasulullah saw dengan penuh penghormatan sambil mengirimkan Mariyah dan saudaranya, Sirin, serta 1.000 misqal mas, 20 stel pakaian tenunan Mesir, madu lebah, kayu cendana, minyak kesturi, keledai lengkap dengan pelananya dan seekor himar putih. Mereka tiba di Madinah pada tahun 7 H.
Rasulullah saw menikahi Mariyah, sementara adiknya, Sirin, dinikahkan dengan penyair Hassan bin Sabit. Kehadiran Mariyah di antara istri-istri Rasulullah saw membuat mereka cemburu, terutama Hafsah dan Aisyah, lebih-lebih setelah Mariyah hamil dan melahirkan Ibrahim (wafat pada usia satu setengah tahun). Mariyah wafat pada tahun 16 H pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
(sumber :Ensiklopedia Islam Indonesia, Penerbit Djambatan)
menyusur jalan pematang : aku seperti memutar nyanyian cerita fajar berlarian kita sambut ramah mentari pagi manis di ufuk timur ada daun jatuh terinjak di tanah basah embun pada bunga bunga perdu sisa kencan mereka belum terhanduki seluruhnya
menyusur jalan pematang : aku bagai dilahirkan kembali nyanyian cerita fajar gelayutan pada bintang bintang. Di sana! musim kemarau datang dedaunan t'lah lama hangus - pohon pohon meranggas - tetes embun tiada lagi meneken kontrak kencan kencan mereka
dalam kelahiran : bintang bintang bakutabrak perih! Mata ditelan udara racun pekak! Kuping dijejal bising klakson dan, cepat bergayutan di bus. Di sana! memungut sajak jalan pematang kendati sedih hati utang piutang tak terlunaskan kerna nyanyian cerita fajar. Imitasi, kini!
Selasa, 02 September 2008
Assalamu'alaikum wr wb Kepada Bapak dan seluruh keluarga di Bhayangkara (Mas Sabar, Mbak Nur dan Zalfa; Mas Jum dan Imam), di Taiwan (Ibu dan Oom), di Hongkong (Mbak Yuni Puji Lestari), di Malaysia (Mbak Nur); dan seluruh keluarga Arie di Palembang, serta s'mua teman kami (yang gak dapat disebutkan satu-persatu) ... Mohon maaf atas semua salah dan khilaf Taqaballah mina wa minkum Wassalamu'alaikum wr wb.
Raja memerintahkan kepada Patih, agar menyembuhkan Puteri Kerajaan "Negeri di Balik Awan" Maka Patih berangkat dengan langkah keoptimisan dengan sejata gala bermata runcing di ujungnya tanpa kuda gagah nan perkasa Sebab Patih tidak mau memanfaatkan fasilitas kerajaan sebab Patih bersemboyan : "Apa yang dapat Patih sumbangkan buat kerajaan, bukan Patih mengambil keuntungan dari kerajaan"
Bang...ibing, bang... ibing, bang... ibing... ibing... Berlari kencang sang Patih melalui hutan, padang, dan lautan
Bang...ibing, bang... ibing, bang... ibing... ibing... Terbang tinggi sang Patih melewati angin, embun, dan awan
Sampailah sang Patih di Kerajaan Negeri di Balik Awan Sang Puteri terpejam dalam sakit Sang Patih melewati banyak rintangan Tetapi sang Patih mengalir saja Bertemu pohon maka dilabraknya Tertumbuk tembok maka meresap Tertumbur batu maka didorongnya Bersimpang jalan maka ke kananlah Menanjak atau menurun tetap bertahan
Bang...ibing, bang... ibing, bang... ibing... ibing... Berlari kencang sang Patih melalui hutan, padang, dan lautan
Bang...ibing, bang... ibing, bang... ibing... ibing... Terbang tinggi sang Patih melewati angin, embun, dan awan
Sang Patih mulus dan rela Mata sang Puteri terjaga Sang Patih tulus menjaga Hati sang Puteri terbuka
Sang Puteri berterima kasih Sang Patih pun kembali Sang Puteri memberi hati yang bersih
Suasana malam : Rembulan telah menghalau kegelapan
lembut tembang manis telah mengusir kesunyian Sementara fantasme beterbangan mewarnai bianglala senja : Gerak-gerik mulut nan lucu itu Kadangkala manyun seperti ikan mas
terkadang pula dengan suara yang cantik dan halus
seperti irama musik Dan, tiba-tiba saja kita telah berada
di tengah-tengah taman kesukaan - di sana! Tempat saksikan kupu-kupu menyalami putiksari
atau mengejar belalang serta menyapa beburungan
dengan keriangan seorang puteri kecil di Eropa
pada abad-abad lampau - membuat iri hati peri-peri! Tempat memainkan air kolam berteteratai di situ
atau duduk di bawah pohon rindang yang sejuk
dan tertidur dibuai Driopa setelah penat bercerita : Tentang suka, tentang gurauan kita
hingga tentang perang di mana-mana Adalah asosiasi-asosiasi yang mendenyar-denyar lepas
pada sebuah cakrawala yang menjajarkan warna-warna semarak
alam menawarkan peta-peta frekuensi gelombang pesona
pada sebuah perasaan yang menjalari aliran darah
kemudian menggelinjang ke pusat hati
Menafsirkan... Dan yang kugenggam ini memang dirimu, Dik? Tidak, Sayang! Itu merupakan permulaan yang berbahaya
karena akan menimbulkan gagasan-gagasan lebih lanjut
dan dalam kondisi inilah krisis banyak terjadi Ini harus distop! Dijeda jilidnya Itu merupakan perasaan yang picik karena kita akan selalu melihat langit
tanpa langit itu dapat terjamah jari-jemari kita
karena panas matahari
tanpa panas itu dapat merasakan dari apa yang kita rasakan Itulah susahnya, menghitung lama kita memang gampang
Iya, sebab jangka waktu mesti punya akhir Coba menghitung perasaan
bagai menyelami isi lautan
bahkan timbul pertanyaan : "Sampai kapan semua ini?" Maka waktu jua yang akan menguji keberadaannya
Kumasuki malam : Gadis yang berada di hadapan Adalah dengan kesungguhan seorang wanita : Cantik, cerdas dan manja Aku seperti Adam sadar akan keberadaan Hawa
- aku tercenung Laksana kertas, waktu dan malam
banyak yang serba mungkin baginya di kemudian hari
tiada kata final untuk realitas yang terus berkembang Dan, engkan adalah masa depan bagiku Sedangkan akau dapat saja menjadi masa lalumu Sebab kertas malammu hanya kamu
yang dapat menulis, menekuk atau melipatnya Sebab kita tidak anti perbedaan pendapat Dan pintu perbaikan - waktu yang tidak akan mundur itu -
ada di hadapanmu Dengan kunci realitas yang beraneka ragam, bercorak
dan bernuansa di genggamanmu Engkau dapat berkembang dan mengembangkan
kepak-kepak sayapmu menjelajah di keluasan malam Sebab kondisi persamaan tidak hanya diciptakan
dalam pengertian formal
tetapi persamaan yang terjadi secara aktual
kita dapat saling melengkapai secara kodrati
sehingga kita dapat rembukan - di sana! Tidak peduli meski akan lebih banyak pembicaraan
perihal mimpi-mimpi semata
Menafsirkan... Dan yang kugenggam ini mungkin dirimu, Dik? Seperti biasa dengan lamur kuserahkan kegelisahanku Diriku bagai baris-baris sajak yang tak terselesaikan : Pada sebuah kertas yang ditulis, disetip,
lalu ditulis lagi tidak lengkap
- merupakan untaian kalimat-kalimat yang berserakan
pada sebuah suara yang tak terterbebaskan
- adalah pikiran-pikiran berleluasa menghentak-hentak Garis imajiner antara tepi malam dan sang fajar
antara cahaya malam dan malam itu sendiri Sementara rona lembut sang fajar mesti diraih
melalui perjalanan suatu malam dengan keluasannya Kadangkala tak menentu
terkadang pula sulit untuk diramalkan
Menafsirkan... Dan yang kugenggam ini mungkin diriku, Dik? Aku mesti engkau kenal seperti keadaanku sebenarnya saja Sungguh! Tidak lebih dan tiada pula kurang Dan, lihatlah dalam perspektif yang berbeda - sebab penyakit yang berbahaya adalah yang tersebunyi Sehingga dapat saling dorong, saling memberi pupuk
dan saling memelihara seperti bukit menemukan puncaknya
seperti ombak yang memecah buih di pantai
merupakan dua anasir yang mengandung tekad nan luhur
Sayang, sebenarnya kita tak ingin menulis surat ini, apalagi hari ini Senin, 24 Juni adalah hari yang memang pantas ditandai dengan sesuatu yang berkesan. Kita lebih suka sampaikan langsung kepadamu, ya... mungkin melalui toa di surau di sebelah rumahmu, atau memakai mikrofon di stasiun kereta api. Tetapi setelah kita pikir-pikir... pasti kita akan dimarahi oleh Ustadz yang selalu adzan di surau itu, atau boleh jadi kita akan ditangkap oleh satpam stasiun kereta api, sebab telah panggil-panggil namamu melalui mikrofon di ruang informasi tanpa izin. Dan itu pasti pula akan membuatmu jadi susah - cuma memperkuat alasan agar kita tidak melakukan hal tersebut saja - mungkin?
Sayang, sesungguhnya kita tak ingin menulis surat ini, sebab kita tidak tahu akan memulai dari mana... terlebih kita tidak pandai mengolah kata-kata. Andai kita ingin menuruti nasihat teman kita yang membujang sampai sekarang itu, ya... dia menganjurkan agar kita pergi ke dukun saja, "Dijamin akan membuatmu kecantol dan lengket seperti getah nangka!" O, ya... kita tahu itu bukan cara-cara yang benar. Akan tetapi, akhirnya kita pergi juga ke dukun.
"Engkau sakit, sebaiknya engkau pergi ke dokter," ucap teman kita, setelah tahu kita pergi ke dukun pijat. Habis badan kita jadi pegal-pegal, lantaran memikirkan cara buat mengungkapkan apa yang ada di hati dan benak kita, mengingat hari ini sudah hampir dzuhur, tapi belum juga melakukan sesuatu!
lembar 2
Tanpa buang waktu kita pergi ke dokter. Kesehatan merupakan sesuatu nikmat yang memang pantas disyukuri, dan memelihara kesehatan juga bagian dari ungkpan rasa syukur itu. Tambah lagi, kalau kita sakit justru tidak akan dapat melakukan sesuatupun buatmu, Sayang!
Di hadapan dokter, dengan cepat kita sampaikan keluhan-keluhan - sebenarnya semacam konsultasi psikologi - sebab kita ingin dokter dengan pasti dapat mendiagnosa atau bila perlu menginjeksi dengan obat yang sangat paten. Tapi betapa kita sangat terkejut ketika dokter mengeluarkan jarum suntik yang besarnya hampir-hampir sepergelangan lengan kita sembari berkata, "Sudah tunjukkanlah kepada saya di mana sapinya, dia sangat membutuhkan ini!"
Sayang, tanpa ba-bi-bu lagi kita langsung lari saja ke luar ruko prakter dokter itu. Kita lupa siapa nama dokter itu, lantaran kita juga masuk tanpa perhatikan plang namanya. Apa dikiranya kita sama dengan sapi yang butuh inseminasi buatan itu?
lembar 3 :
Sayang, sebenarnya kita tak ingin menulis surat ini, apalagi di sini ada sebuah kartu ucapan berwarna pink - dengan rangkaian bunga tanjung, lavender dan tulip - yang telah kita tulis :
SAYANG, KARENA ENGKAU BEGITU PENTING MAKA KITA BUTUH ENGKAU TEMPAT TAMBATKAN PERAHU KECIL KITA DI PELABUHAN NAN MEMBIRU ITU, MENYONGSONG FAJAR DAN MEMASUKI HARI BARU DENGAN BENTANGAN SAMUDERA UJIAN DI HADAPAN...
Sayang, kita ucapkan congratulation... blog-nya sudah dapat diposting! O, ya... mungkin sebagai penanda, bahwa di hari ini telah teriak : "O..o..oek!" (baca : alhamdulillah) buat pertama kalinya... S'moga tambah hormat dan bakti kepada Bokap n' Nyokap. Dan terima kasih pada (alm) dr. Jalil, key? Kangen s'lalu n'... "Eeem..beh!"