Sabtu, 28 Juni 2008

SAJAK DI KELUASAN MALAM

Suasana malam : Rembulan telah menghalau kegelapan

lembut tembang manis telah mengusir kesunyian
Sementara fantasme beterbangan mewarnai bianglala senja
: Gerak-gerik mulut nan lucu itu
Kadangkala manyun seperti ikan mas

terkadang pula dengan suara yang cantik dan halus

seperti irama musik
Dan, tiba-tiba saja kita telah berada

di tengah-tengah taman kesukaan - di sana!
Tempat saksikan kupu-kupu menyalami putiksari

atau mengejar belalang serta menyapa beburungan

dengan keriangan seorang puteri kecil di Eropa

pada abad-abad lampau - membuat iri hati peri-peri!
Tempat memainkan air kolam berteteratai di situ

atau duduk di bawah pohon rindang yang sejuk

dan tertidur dibuai Driopa setelah penat bercerita
: Tentang suka, tentang gurauan kita

hingga tentang perang di mana-mana
Adalah asosiasi-asosiasi yang mendenyar-denyar lepas

pada sebuah cakrawala yang menjajarkan warna-warna semarak

alam menawarkan peta-peta frekuensi gelombang pesona

pada sebuah perasaan yang menjalari aliran darah

kemudian menggelinjang ke pusat hati

Menafsirkan...
Dan yang kugenggam ini memang dirimu, Dik?
Tidak, Sayang!
Itu merupakan permulaan yang berbahaya

karena akan menimbulkan gagasan-gagasan lebih lanjut

dan dalam kondisi inilah krisis banyak terjadi
Ini harus distop! Dijeda jilidnya
Itu merupakan perasaan yang picik
karena kita akan selalu melihat langit

tanpa langit itu dapat terjamah jari-jemari kita

karena panas matahari

tanpa panas itu dapat merasakan dari apa yang kita rasakan
Itulah susahnya, menghitung lama kita memang gampang

Iya, sebab jangka waktu mesti punya akhir
Coba menghitung perasaan

bagai menyelami isi lautan

bahkan timbul pertanyaan : "Sampai kapan semua ini?"
Maka waktu jua yang akan menguji keberadaannya

Kumasuki malam : Gadis yang berada di hadapan
Adalah dengan kesungguhan seorang wanita
: Cantik, cerdas dan manja
Aku seperti Adam sadar akan keberadaan Hawa

- aku tercenung
Laksana kertas, waktu dan malam

banyak yang serba mungkin baginya di kemudian hari

tiada kata final untuk realitas yang terus berkembang
Dan, engkan adalah masa depan bagiku
Sedangkan akau dapat saja menjadi masa lalumu
Sebab kertas malammu hanya kamu

yang dapat menulis, menekuk atau melipatnya
Sebab kita tidak anti perbedaan pendapat
Dan pintu perbaikan - waktu yang tidak akan mundur itu -

ada di hadapanmu
Dengan kunci realitas yang beraneka ragam, bercorak

dan bernuansa di genggamanmu
Engkau dapat berkembang dan mengembangkan

kepak-kepak sayapmu menjelajah di keluasan malam
Sebab kondisi persamaan tidak hanya diciptakan

dalam pengertian formal

tetapi persamaan yang terjadi secara aktual

kita dapat saling melengkapai secara kodrati

sehingga kita dapat rembukan - di sana!
Tidak peduli meski akan lebih banyak pembicaraan

perihal mimpi-mimpi semata

Menafsirkan...
Dan yang kugenggam ini mungkin dirimu, Dik?
Seperti biasa dengan lamur kuserahkan kegelisahanku
Diriku bagai baris-baris sajak yang tak terselesaikan
: Pada sebuah kertas yang ditulis, disetip,

lalu ditulis lagi tidak lengkap

- merupakan untaian kalimat-kalimat yang berserakan

pada sebuah suara yang tak terterbebaskan

- adalah pikiran-pikiran berleluasa menghentak-hentak
Garis imajiner antara tepi malam dan sang fajar

antara cahaya malam dan malam itu sendiri
Sementara rona lembut sang fajar mesti diraih

melalui perjalanan suatu malam dengan keluasannya
Kadangkala tak menentu

terkadang pula sulit untuk diramalkan

Menafsirkan...
Dan yang kugenggam ini mungkin diriku, Dik?
Aku mesti engkau kenal seperti keadaanku sebenarnya saja
Sungguh! Tidak lebih dan tiada pula kurang
Dan, lihatlah dalam perspektif yang berbeda
- sebab penyakit yang berbahaya adalah yang tersebunyi
Sehingga dapat saling dorong, saling memberi pupuk

dan saling memelihara
seperti bukit menemukan puncaknya

seperti ombak yang memecah buih di pantai

merupakan dua anasir yang mengandung tekad nan luhur

sehingga, "Benamkan aku pada pusat hatimu!"

Jumat, 27 Juni 2008

LIMA LEMBAR SURAT CINTA TERTINGGAL DI SAKU CELANA...

lembar 1

Sayang, sebenarnya kita
tak ingin menulis surat ini, apalagi hari ini Senin, 24 Juni adalah hari yang memang pantas ditandai dengan sesuatu yang berkesan. Kita lebih suka sampaikan langsung kepadamu, ya... mungkin melalui toa di surau di sebelah rumahmu, atau memakai mikrofon di stasiun kereta api. Tetapi setelah kita pikir-pikir... pasti kita akan dimarahi oleh Ustadz yang selalu adzan di surau itu, atau boleh jadi kita akan ditangkap oleh satpam stasiun kereta api, sebab telah panggil-panggil namamu melalui mikrofon di ruang informasi tanpa izin. Dan itu pasti pula akan membuatmu jadi susah - cuma memperkuat alasan agar kita tidak melakukan hal tersebut saja - mungkin?

Sayang, sesungguhnya kita tak ingin menulis surat ini, sebab kita tidak tahu akan memulai dari mana... terlebih kita tidak pandai mengolah kata-kata. Andai kita ingin menuruti nasihat teman kita yang membujang sampai sekarang itu, ya... dia menganjurkan agar kita pergi ke dukun saja, "Dijamin akan membuatmu kecantol dan lengket seperti getah nangka!" O, ya... kita tahu itu bukan cara-cara yang benar. Akan tetapi, akhirnya kita pergi juga ke dukun.

"Engkau sakit, sebaiknya engkau pergi ke dokter," ucap teman kita, setelah tahu kita pergi ke dukun pijat. Habis badan kita jadi pegal-pegal, lantaran memikirkan cara buat mengungkapkan apa yang ada di hati dan benak kita, mengingat hari ini sudah hampir dzuhur, tapi belum juga melakukan sesuatu!


lembar 2


Tanpa buang waktu kita pergi ke dokter. Kesehatan merupakan sesuatu nikmat yang memang pantas disyukuri, dan memelihara kesehatan juga bagian dari ungkpan rasa syukur itu. Tambah lagi, kalau kita sakit justru tidak akan dapat melakukan sesuatupun buatmu, Sayang!

Di hadapan dokter, dengan cepat kita sampaikan keluhan-keluhan - sebenarnya semacam konsultasi psikologi - sebab kita ingin dokter dengan pasti dapat mendiagnosa atau bila perlu menginjeksi dengan obat yang sangat paten. Tapi betapa kita sangat terkejut ketika dokter mengeluarkan jarum suntik yang besarnya hampir-hampir sepergelangan lengan kita sembari berkata, "Sudah tunjukkanlah kepada saya di mana sapinya, dia sangat membutuhkan ini!"

Sayang, tanpa ba-bi-bu lagi kita langsung lari saja ke luar ruko prakter dokter itu. Kita lupa siapa nama dokter itu, lantaran kita juga masuk tanpa perhatikan plang namanya. Apa dikiranya kita sama dengan sapi yang butuh inseminasi buatan itu?


lembar 3 :

Sayang, sebenarnya kita tak ingin menulis surat ini, apalagi di sini ada sebuah kartu ucapan berwarna pink - dengan rangkaian bunga tanjung, lavender dan tulip - yang telah kita tulis :

SAYANG, KARENA ENGKAU BEGITU PENTING MAKA KITA BUTUH ENGKAU TEMPAT TAMBATKAN PERAHU KECIL KITA DI PELABUHAN NAN MEMBIRU ITU, MENYONGSONG FAJAR DAN MEMASUKI HARI BARU DENGAN BENTANGAN SAMUDERA UJIAN DI HADAPAN...


lembar 4 dan 5 :

.............................................................................................................. .............................................................................................................. ..............................................................................................................


Selasa, 24 Juni 2008

CONGRATULATION

Sayang, kita ucapkan congratulation... blog-nya sudah dapat diposting! O, ya... mungkin sebagai penanda, bahwa di hari ini telah teriak : "O..o..oek!" (baca : alhamdulillah) buat pertama kalinya... S'moga tambah hormat dan bakti kepada Bokap n' Nyokap. Dan terima kasih pada (alm) dr. Jalil, key? Kangen s'lalu n'... "Eeem..beh!"