Jumat, 27 Juni 2008

LIMA LEMBAR SURAT CINTA TERTINGGAL DI SAKU CELANA...

lembar 1

Sayang, sebenarnya kita
tak ingin menulis surat ini, apalagi hari ini Senin, 24 Juni adalah hari yang memang pantas ditandai dengan sesuatu yang berkesan. Kita lebih suka sampaikan langsung kepadamu, ya... mungkin melalui toa di surau di sebelah rumahmu, atau memakai mikrofon di stasiun kereta api. Tetapi setelah kita pikir-pikir... pasti kita akan dimarahi oleh Ustadz yang selalu adzan di surau itu, atau boleh jadi kita akan ditangkap oleh satpam stasiun kereta api, sebab telah panggil-panggil namamu melalui mikrofon di ruang informasi tanpa izin. Dan itu pasti pula akan membuatmu jadi susah - cuma memperkuat alasan agar kita tidak melakukan hal tersebut saja - mungkin?

Sayang, sesungguhnya kita tak ingin menulis surat ini, sebab kita tidak tahu akan memulai dari mana... terlebih kita tidak pandai mengolah kata-kata. Andai kita ingin menuruti nasihat teman kita yang membujang sampai sekarang itu, ya... dia menganjurkan agar kita pergi ke dukun saja, "Dijamin akan membuatmu kecantol dan lengket seperti getah nangka!" O, ya... kita tahu itu bukan cara-cara yang benar. Akan tetapi, akhirnya kita pergi juga ke dukun.

"Engkau sakit, sebaiknya engkau pergi ke dokter," ucap teman kita, setelah tahu kita pergi ke dukun pijat. Habis badan kita jadi pegal-pegal, lantaran memikirkan cara buat mengungkapkan apa yang ada di hati dan benak kita, mengingat hari ini sudah hampir dzuhur, tapi belum juga melakukan sesuatu!


lembar 2


Tanpa buang waktu kita pergi ke dokter. Kesehatan merupakan sesuatu nikmat yang memang pantas disyukuri, dan memelihara kesehatan juga bagian dari ungkpan rasa syukur itu. Tambah lagi, kalau kita sakit justru tidak akan dapat melakukan sesuatupun buatmu, Sayang!

Di hadapan dokter, dengan cepat kita sampaikan keluhan-keluhan - sebenarnya semacam konsultasi psikologi - sebab kita ingin dokter dengan pasti dapat mendiagnosa atau bila perlu menginjeksi dengan obat yang sangat paten. Tapi betapa kita sangat terkejut ketika dokter mengeluarkan jarum suntik yang besarnya hampir-hampir sepergelangan lengan kita sembari berkata, "Sudah tunjukkanlah kepada saya di mana sapinya, dia sangat membutuhkan ini!"

Sayang, tanpa ba-bi-bu lagi kita langsung lari saja ke luar ruko prakter dokter itu. Kita lupa siapa nama dokter itu, lantaran kita juga masuk tanpa perhatikan plang namanya. Apa dikiranya kita sama dengan sapi yang butuh inseminasi buatan itu?


lembar 3 :

Sayang, sebenarnya kita tak ingin menulis surat ini, apalagi di sini ada sebuah kartu ucapan berwarna pink - dengan rangkaian bunga tanjung, lavender dan tulip - yang telah kita tulis :

SAYANG, KARENA ENGKAU BEGITU PENTING MAKA KITA BUTUH ENGKAU TEMPAT TAMBATKAN PERAHU KECIL KITA DI PELABUHAN NAN MEMBIRU ITU, MENYONGSONG FAJAR DAN MEMASUKI HARI BARU DENGAN BENTANGAN SAMUDERA UJIAN DI HADAPAN...


lembar 4 dan 5 :

.............................................................................................................. .............................................................................................................. ..............................................................................................................


Tidak ada komentar: