Selasa, 30 September 2008
Jumat, 19 September 2008
Di Perjalanan Kita
Di kegelapan malam
Tiada cah’ya rembulan atau kemerlap bintang
hanya burung cuit sebagai saksi
dan s’milir angin yang mengabarkan tentang kebiruan hati kita
Adik, mari kita berpegang tangan
saling memberi petunjuk dan arah langkah kaki kita
Di keluasan malam
Pasti ’kan datang suatu fajar di penghujung
dengan rona merah keemasan di ufuk timur
pertanda hari baru t’lah tiba, Sayang!
Di kecerahan pagi
Ada rumah pink
dengan tempat duduk dari kayu di berandanya
tempat kita mendiskusikan tentang segala hal
Berhalaman luas nan menghijau
Embun pada kaki-kaki kita yang tiada beralas kaki
berjalan mengitari dan memetik bebungaan lavender atau tulip?
Rabu, 10 September 2008
SAJAK JALAN PEMATANG (Syaiful B. Harun)
menyusur jalan pematang
: aku seperti memutar nyanyian cerita fajar
berlarian kita sambut ramah
mentari pagi manis di ufuk timur
ada daun jatuh terinjak di tanah basah
embun pada bunga bunga perdu
sisa kencan mereka belum
terhanduki seluruhnya
menyusur jalan pematang
: aku bagai dilahirkan kembali
nyanyian cerita fajar
gelayutan pada bintang bintang. Di sana!
musim kemarau datang
dedaunan t'lah lama hangus
- pohon pohon meranggas -
tetes embun tiada lagi
meneken kontrak kencan kencan mereka
dalam kelahiran : bintang bintang bakutabrak
perih! Mata ditelan udara racun
pekak! Kuping dijejal bising klakson
dan, cepat bergayutan di bus. Di sana!
memungut sajak jalan pematang
kendati sedih hati
utang piutang tak terlunaskan
kerna nyanyian cerita fajar. Imitasi, kini!
: aku seperti memutar nyanyian cerita fajar
berlarian kita sambut ramah
mentari pagi manis di ufuk timur
ada daun jatuh terinjak di tanah basah
embun pada bunga bunga perdu
sisa kencan mereka belum
terhanduki seluruhnya
menyusur jalan pematang
: aku bagai dilahirkan kembali
nyanyian cerita fajar
gelayutan pada bintang bintang. Di sana!
musim kemarau datang
dedaunan t'lah lama hangus
- pohon pohon meranggas -
tetes embun tiada lagi
meneken kontrak kencan kencan mereka
dalam kelahiran : bintang bintang bakutabrak
perih! Mata ditelan udara racun
pekak! Kuping dijejal bising klakson
dan, cepat bergayutan di bus. Di sana!
memungut sajak jalan pematang
kendati sedih hati
utang piutang tak terlunaskan
kerna nyanyian cerita fajar. Imitasi, kini!
Label:
Nyanyian Cerita Fajar
Selasa, 02 September 2008
Assalamu'alaikum wr wb
Kepada Bapak dan seluruh keluarga di Bhayangkara (Mas Sabar, Mbak Nur dan Zalfa; Mas Jum dan Imam), di Taiwan (Ibu dan Oom), di Hongkong (Mbak Yuni Puji Lestari), di Malaysia (Mbak Nur); dan seluruh keluarga Arie di Palembang, serta s'mua teman kami (yang gak dapat disebutkan satu-persatu) ...
Mohon maaf atas semua salah dan khilaf
Taqaballah mina wa minkum
Wassalamu'alaikum wr wb.
Kepada Bapak dan seluruh keluarga di Bhayangkara (Mas Sabar, Mbak Nur dan Zalfa; Mas Jum dan Imam), di Taiwan (Ibu dan Oom), di Hongkong (Mbak Yuni Puji Lestari), di Malaysia (Mbak Nur); dan seluruh keluarga Arie di Palembang, serta s'mua teman kami (yang gak dapat disebutkan satu-persatu) ...
Mohon maaf atas semua salah dan khilaf
Taqaballah mina wa minkum
Wassalamu'alaikum wr wb.
Langganan:
Postingan (Atom)